Ayo Berlari!

destiani.
1 min readMar 6, 2020

Memanjakan diri dengan balut rasa yang menagih, yang suatu saat pasti akan meluap jua. Untuk apa?

Ada banyak hal yang perlu dipikirkan saat ini. Tentang masa depan, akan kemana kaki ini melangkah? Tentang roda yang berputar begitu-begitu saja, kapan siklus ini bisa berhenti? Tentang mimpi yang sudah berdebu, kapan kembali serius untuk menjemput atau menyambutnya pulang? Tentang apa yang ingin dicapai, masih berapa jauh untuk tercapai?

Katanya, hanya kita yang tau jalan untuk setiap angan yang kita punya. Aku setuju. Lantas, jika aku membiarkan diriku tenggelam dalam rasa yang tak berujung, entah kapan aku bisa meraihnya. Karena mimpi, benar-benar butuh untuk dirancang.

Setelah melihat berbagai jenis manusia di budaya profesional, kini aku melihat bahwa banyak manusia yang terlewat lucu dan menyedihkan dalam waktu yang bersamaan. Menyikut sejawat hanya untuk meninggikan diri. Berlaku seolah apa yang mereka perbincangkan adalah hal yang luar biasa penting dan dapat mengubah dunia, padahal, dari dulu polanya sama-sama saja. Maksudku, apa yang spesial dari mengurus sebuah organisasi? Kita tak lebih baik dari sebuah pion. Berani taruhan. Satu bidak kalah tarung, tidak akan membuat permainan usai. Kapital akan tetap berdiri.

Tapi kembali pada manusia dan kebutuhannya untuk hidup. Tidak dapat dipungkiri bahwa uang merupakan elemen dasar untuk memenuhi kebutuhan dasar setiap umat. Terlebih untuk kelas menengah ngéhé, mereka menyebutnya. Betapa pun memuakkannya peradaban ini, toh, sebagian manusia berlaku seperti tidak punya pilihan lain.

Aku menentang paham itu. Jelas. Dengan keras.

(Purwakarta, 6 Maret 2020)

--

--

destiani.

dive in to the thoughts i drown into; a place for me to have a deeper connection with myself.